SAROLANGUN – Memasuki puncak kemarau, sejumlah titik panas terus terpantau di Kabupaten Sarolangun. Berdasarkan data Satuan Tugas (Satgas) Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) BPBD Sarolangun, sejak Maret hingga Agustus 2020 tercatat sebanyak 117.85 hektare lahan terbakar.
Ini disampaikan langsung oleh Kepala BPBD Sarolangun, Trianto melalui Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Yen Aswadi, Jumat (28/8).
“Untuk periode Maret-Agustus 2020, sebanyak 122 titik panas terpantau. Berdasarkan hasil pengecekan di lapangan yang dilakukan oleh petugas, ditemukan sebanyak 117.85 hektare lahan terbakar,” terangnya.
Dari keseluruhan lahan yang terbakar, jelas Yen Aswadi, semuanya merupakan lahan perkebunan masyarakat. “Semuanya lahan masyarakat. Saat ini sampai di lokasi hotspot berdasarkan pantauan satelit, petugas menemukan lahan sudah terbakar dan sebagian juga api sudah dalam keadaan padam,” jelasnya.
Menurutnya, dari hasil pengecekan petugas, kebakaran lahan perkebunan masyarakat mayoritas disebabkan unsur kesengajaan yang dilakukan oleh pemilik atau penggarap lahan. “Mayoritas sengaja (dibakar). Beberapa lokasi hotspot juga kita temukan lahan perkebunan masyarakat yang sudah siap dibakar,” ujarnya.
Lanjut Yen Aswadi, melihat angka kebakaran lahan perkebunan masyarakat yang cukup tinggi, pihaknya melalui Satgas Karhutla terus melakukan pemantauan dan pengawasan secara rutin.
“Untuk pemilik lahan juga kita berikan tindakan tegas dan juga sosialisasi akan bahaya pembakaran lahan. Sejauh ini masyarakat masih membuka lahan dengan cara dibakar. Untuk itu beberapa wilayah seperti Mandiangin, Limun, Cermin Nan Gedang, Air Hitam, Bathin VIII dan Batang Asai kita lakukan pemantauan secara rutin,” tegasnya.
“Mengingat kita masih memasuki musim kemarau, potensi karhutla sangat besar terjadi. Untuk itu, masyarakat kita minta tidak melakukan pembukaan lahan dengan cara dibakar,” tuntasnya.
Sumber: metrojambi[dot]com